“Padahal saya tidak melakukan apa-apa lho, tiba-tiba ini terjadi begitu saja”. Itulah jawaban yang selalu diberikan oleh teman saya saat komputernya mengalami masalah dan saya mencoba mencari tahu penyebabnya dengan menanyakannya. Padahal maksud dari pertanyaan saya bukan untuk mencari kesalahan akan tetapi untuk mengantisipasi agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi.
Apabila seseorang mempertahankan sikap seperti yang diperlihatkan oleh teman saya akan sangat merugikan bagi dirinya sendiri. Karena pada saat seseorang mau mengakui sebuah kesalahan yang telah ia perbuat, itu menunjukkan bahwa ia memiliki sikap yang mau belajar dan mau diajar.
Dengan sikap yang mau diajar dan mau belajar seseorang akan lebih cepat mengalami sebuah keberhasilan, seperti yang dikatakan oleh Sidney Harris; “Seorang pemenang mengetahui berapa banyak yang masih harus dipelajarinya, sekalipun ia sudah dianggap ahli oleh orang lain. Sedangkan seorang yang gagal selalu ingin dianggap ahli oleh orang lain sebelum menyadari betapa sedikitnya yang ia ketahui”. Jika kita hidup untuk belajar, kita akan benar-benar belajar untuk hidup.
Jika ada satu faktor tunggal yang menentukan sukses dalam hidup, itu adalah kemampuan untuk memetik sebuah pelajaran dari setiap kesalahan yang diperbuat. Dibutuhkan nasehat orang lain agar kita bisa memetik sebuah manfaat dari kesalahan yang telah kita perbuat, itu berarti sikap terbuka sangat diperlukan. Akan sangat sulit terjadi pada saat kita ingin belajar dari sebuah kesalahan yang telah kita lakukan, disisi lain ego kita masih tinggi. Perlu kerendahan hati agar kita memiliki sikap yang mau diajar dan mau belajar.
Bagaimana pendapat Anda?
sikap mempertahankan argument padahal bertentangan dengan hati nuraninya, akan membuat rugi org tersebut, tapi tetap saja tuh org gak kapok dan mengulanginya itu artinya org tersebut bodoh.
BalasHapus