Inilah doaku kepadaMu Tuanku – cabut, cabutlah akar kebrobrokan yang ada di dalam hatiku.
Berilah aku kekuatan yang lembut untuk menampakkan kegembiraan dan penderitaanku.
Berilah aku kekuatan untuk menyuburkan cintaku dalam pelayanan.
Berilah aku kekuatan untuk tidak pernah memungkiri yang miskin dan bertekuk lutut dihadapan kekuasaan yang kejam.
Berilah aku kekuatan untuk membangkitkan jiwaku menjulang tinggi diatas tetek bengek urusan sehari-hari.
Dan berilah aku kekuatan untuk memasrahkan kekuatanku kepada kehendakMu dengan cinta.
Kala hatiku mengering dan tandus, datanglah padaku bersama hujan ampunan
Kala rahmat raib dari kehidupan, datanglah bersama kidung yang melimpah.
Kala pekerjaan yang teramat sibuk membangkitakan hiruk pikuk di segala sudut hingga menghalangiku dari dunia luar, datanglah padaku keheningan, bersama ketentraman dan ketenanganMu.
Kala hatiku yang masih duduk mendekam bungkam di satu sudut, dobraklah pintu, rajaku dan datanglah bersama kemegahan seorang raja.
Kala keinginan membutakan jiwa dengan khayalan dan debu – O Engkau yang maha suci, Engkau yang tak pernah terlena, datanglah bersama kilat dan petir.
Anugerah-anugerahMu turun kepada kami makhluk-makhluk fana ini, memenuhi semua kebutuhan kami, namun kembali mengalir padaMu tanpa berkurang sedikitpun.
Sungai telah menlaksanakan tugasnya setiap hari, bergegas melintasi ladang-ladang dan dusun-dusun; namun arusnya terus menerus berputar untuk membasuh kakiMu.
Bunga-bunga mengharumkan udara dengan aromanya; namun persembahan akhirnya adalah menyerahkan diri kepadaMu.
MemujaMu tidak memiskinkan dunia ini.
Dari kata-kata para penyair lahir puji-sanjungan untuk mereka; namun maknanya yang terakhir tertuju padaMu.
Disadur dari buku “Gitanjali” karangan Rabindranath Tagore
Tidak ada komentar:
Posting Komentar