Kamis, 29 September 2011

Keywords untuk mempertahankan perkawinan

Seringkali saya mendengar bahwa usia perkawinan antara satu sampai dengan lima tahun adalah masa-masa yang rawan, dimana angka perceraian banyak terjadi. Sifat manusia yang cenderung menjadi bosan dengan sesuatu yang dimiliki atau dilakukan terus menerus itu adalah hal yang wajar, begitu juga dalam perkawinan, jangankan lima tahun, kadang seorang baru menikah dua tahun sudah mengalami kebosanan. Lalu bagimana kita bisa mempertahankan sebuah perkawinan?

Bagi mereka yang sering melakukan aktivitas blogging mengenal apa yang namanya SEO atau Search Engine Optimization, yaitu bagaimana agar blog kita bisa masuk urutan yang paling bagus dalam mesin pencari dengan cara pemilihan keywords yang baik.

Begitu juga dalam mengarungi bahtera perkawinan, ada beberapa keywords yang seharusnya dihilangkan dan ada keywords-keywords yang seharusnya digunakan

Keywords-keywords yang seharusnya dihilangkan, dalam sebuah perkawinan.

“perceraian”
Perceraian hanya akan meinggalkan luka bagi kedua belah pihak, terlebih bagi seorang anak yang masih membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua. Masa depan anak menjadi taruhannya bila orang tuanya bercerai.

“poligami”
Didunia ini tidak ada seorangpun yang mau diduakan, ada pihak-pihak – hal ini istri – yang merasa sakit hati kalau suaminya harus berbagi dengan orang lain. Masa depan anak juga menjadi taruhannya, karena anak-anak yang orang tuanya melakukan poligami tidak medapatkan kasih sayang sepenuhnya dari seorang Bapak. Dan apabila mereka memiliki anak laki-laki, pola ini akan ditiru dikemudian hari. Dan  bila mereka memiliki anak perempuan, maka rasa malu dan minder akan terbawa sampai dewasa karena mereka telah melihat bahwa ibu mereka diperlakukan seperti itu.

Dan keywords-keywords yang seharusnya ada di dalam sebuah perkawinan, diantaranya:

“kasih”
Berikanlah kasih yang sejati. bagaimana caranya, lihatlah hal-hal yang terbaik dari pasangan Anda. Setiap manusia pasti mempunyai sisi baik, kalau selama ini kita tidak menemukan bukan karena tidak ada, tetapi karena kita kurang serius dalam menggali sisi terbaik dari pasangan kita. Dengan kita betul-betul mengetahui sisi terbaik dari pasangan kita, maka kita akan terhindar dari kasih yang pura-pura, terhindar dari kemunafikan.

“memahami”
Belajarlah untuk memiliki kepekaan dalam memahami keinginan pasangan, dan kesediaan untuk memberikannya. Komunikasi adalah kunci utamanya, semakin kita intens berkomunikasi dengan pasangan, maka semakin mudah untuk saling memahami. 

“menolong”
Tawarkanlah bantuan. Tidak ada sebuah institusi yang akan langgeng jika para anggotanya egois dan tidak mau saling membantu satu dengan yang lain. Jangan memiliki pola pemikiran yang terkotak-kota, kalau mengurus anak dan rumah tangga itu bagiannya wanita, dan mencari uang bagiannya kaum pria. Tetapi berpikirlah seperti pemain bulu tangkis ganda, yang saling mengisi satu dengan yang lain.

“hormat”
Jangan menuntut untuk dihormati pasangan kita, tetapi biarlah penghormatan itu mengalir karena kita telah menghormati diri sendiri, menghormati pasangan kita dan kita menunjukkan kompetensi kita didalam keluarga.

“doa”
Perkawinan bagaikan kita membangun sebuah rumah dengan suami dan istri sebagai pilar. Doa bagaikan pondasi yang akan menopang pilar itu tetap kokoh dalam keadaan apapun.

Demikianlah sedikit pengetahuan dan pengalaman kami mengarungi bahtera perkawinan.

Bagaimana pendapat Anda


Salam
dma.setiawan  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar